Selasa, 07 Agustus 2012

Seni Topeng Nusantara Untuk Dunia

Festival Topeng Nusantara 2010

Seni Topeng Nusantara Untuk Dunia

Di samping memiliki kekayaan alam yang luar biasa, kita memiliki ragam budaya yang unik. Selain batik yang baru saja telah menyandang predikat sebagai warisan dunia, ada sejumlah kesenian lain yang kini tengah diperjuangkan untuk mendapatkan predikat yang sama. Salah satunya adalah kesenian topeng Nusantara.

Selama ini banyak yang belum menyadari keunikan dari kesenian topeng Nusantara. Padahal kesenian ini sesungguhnya telah menjadi elemen penting bagi sejumlah kelompok masyarakat, baik di Tanah Air maupun dunia.

Menurut sejumlah catatan, topeng merupakan salah satu bentuk ekspresi paling tua yang diciptakan manusia. Topeng juga memiliki peran dalam berbagai sisi kehidupan sejumlah kelompok etnik dan memiliki nilai sakral, selain nilai seni tentunya.

Di Indonesia sendiri terdapat beberapa daerah yang dikenal memiliki kesenian topeng dengan ciri khasnya masing-masing. Sebut saja topeng Hudo milik suku Dayak di Kalimantan, Barong di Bali, Reog di Jawa Timur, Papua Timur, Sulawesi Selatan dan kawasan Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) di bagian timur provinsi Jawa Barat.

Berangkat dari keunikan seni topeng Nusantara itulah, Yayasan Prima Ardian Tana menggelar sebuah event yang bertajuk “Festival Topeng Nusantara 2010”. Acara ini merupakan sebuah perhelatan tentang seni tari topeng nasional dan membawa misi untuk melestarikan, menumbuhkembangkan serta mempublikasikan kekayaan seni dan budaya topeng Indonesia kepada lintas generasi, utamanya generasi muda.

Penyelengaraan festival ini juga ditujukan untuk melihat sejauh mana keberadaan dan posisi seni topeng Nusantara dalam konstelasi budaya Indonesia yang multietnik. Selain itu, terdapat misi besar lain yang ingin dicapai dari festival ini, yakni sebagai langkah awal untuk mengajukan seni topeng Nusantara untuk ditetapkan sebagai warisan dunia kepada UNESCO.

Festival Topeng Nusantara 2010 yang diprakarsai oleh Iman Taufik, pengusaha asal Cirebon, terdiri dari beberapa program acara. Event ini dimulai pada bulan Juli hingga Oktober 2010 lalu. Diselenggarakan secara maraton di Jakarta dan Cirebon, acara ini meliputi pengarsipan data topeng Nusantara, seminar internasional, sayembara karya topeng, pemilihan duta topeng Ciayumajakuning, public showcase topeng karya seniman muda, pemecahan rekor MURI dengan membuat lima ribu topeng dalam lima jam serta peluncuran buku Jejak Topeng Nusantara. Sementara, “Kirab Budaya Ciayumajakuning” menjadi mata acara yang ditetapkan sebagai puncak pada festival yang pertama kalinya digelar di Indonesia ini.

Penyelenggaraan kirab budaya yang dilangsungkan pada 16 hingga 17 Oktober 2010, di Kota Cirebon, berlangsung meriah dan diikuti oleh ribuan seniman dari berbagai daerah di Indonesia. Dimulai dari kompleks Keraton Kesepuhan, karnaval menempuh jarak sekitar 4 km dan berakhir di Gedung Negara. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, 15 duta besar negara sahabat, Direktur UNESCO untuk wilayah Asia Pasifik Hubert Giznen nampak hadir dalam prosesi tersebut.

Selain menampilkan beragam kreasi topeng, acara karnaval ini turut dimeriahkan oleh sejumlah pusaka koleksi kesultanan-kesultanan yang ada di Cirebon, seperti Kereta Singa Barong dari Keraton Kesepuhan, Kereta Paksi Nagaliman dari Keraton Kanoman, Kereta Juru Mudi dari Keraton Kacirebonan. Dan tak ketinggalan, Pedati Gede Pekalangan, koleksi Keraton Kesepuhan, yang pada masa kepemimpinan Sunan Gunung Jati digunakan untuk mengangkut bahan baku dalam pembangunan Masjid Sang Cipta Rasa dan Keraton Kesepuhan.

Selain menyaksikan topeng-topeng dengan desain yang unik berikut kesenian terkait, event ini dimeriahkan oleh “pesta rakyat” yang menyuguhkan hiburan berupa tari Rampak Topeng, Telik Sandi, Tarling dan pertunjukkan musik kontemporer.

Pagelaran Festival Topeng Nusantara 2010 ditutup dengan sebuah acara pagelaran seni di Sangkanhurip Resort, Kuningan, yaitu Tari Tunggal Lima Wajah oleh Miroto, kolaborasi seni topeng Nusantara dari delapan provinsi dan penganugerahan “Lifetime Achievement Award” kepada maestro topeng Indonesia, Mimi Rasinah (almarhum).

Sejumlah kalangan menilai bahwa event ini sebenarnya masih bisa digarap lebih maksimal. Pada acara kirab misalnya, acara ini dianggap masih seperti karnaval biasa.

Terlepas dari kekurangan yang ada, Festival Topeng Nusantara 2010 pada dasarnya adalah sebuah upaya terobosan yang patut diapresiasi dan dapat membawa kesenian topeng Nusantara lebih dikenal dan tetap lestari.


Teks: Adi Supriyatna

Sumber: Batavia Air Inflight Magazine

0 komentar:

Posting Komentar

◄ Newer Post Older Post ►
 

Copyright 2012 TOPENG BATIK